Kamis, 17 Desember 2015

Hujan Yang Berbeda?

HUJAN YANG BERBEDA

Hujan memberikan cerita berbeda seiring bertambahnya usia. Usiaku, bukan usianya. Hujan juga memberikan kesan yang tak sama selama perjalanan hidupku. Hujan yang turun di waktu yang berbeda, bukanlah hujan yang sama. Kau keliru jika kau merasa bertemu hujan ketika ia turun setelah lama merindukannya. Karena hujan yang kau rindukan dengan hujan yang datang kemudian adalah hujan yang berbeda.
Saat dulu,hujan adalah keceriaanku dimana aku berlari-lari,bermain sepuasku..tak tau sakit,tak kenal dingin.dan seteklah puas,akupun pulang..
Tok tok tok..pintu rumah ku ketuk dengan keras “ibu,bukakan pintu!”kataku didepan pintu dengan kedinginan ..dan terdengar dari dalam ibu menuju pintu “iya sayang,,dari mana saja kamu hujan-hujan begini,ibu nyariin kamu dari tadi” kata ibu sambil mengelus kepalaku yang basah kuyup. “atika habis maen bu,hehhe”..jawabku dengan tertawa..”ya sudah nak,sekarang mandi dulu,ibu sudah menyiapkan air hangat untukmu,trus makan”. “iya bu,mandiin ya bu”..jawabku manja..lalu ibupun memnjawab dengan lembut “iya sayang”..Tak lama kemudian aku selesai mandi,baju telah ku pakai ibupun datang padaku dengan membawa makan siang dan minuman hangat untuk menghangatkan badanku dan tak lupa ibu menyuapiku..itulah suasana hujan saat usiaku masih dalam hitungan jari.tak sedikitpun aku merasa kekurangan kasih sayang..
Namun hujan menjadi tangis bagiku saat aku tak pantas lagi dipanggil anak-anak..
Usiaku menginjak 20tahun kurang 2bulan lagi. Tapi hidupku kulalui hanya dengan rasa takut dan penuh kesedihan. Tepatnya 5tahun yang lalu, ayahku dengan tega meninggalkanku dan ibuku dengan hutang pada seorang rentenir yang tak bisa ibuku bayar bahkan jika seluruh hartanya ia jual. Akhirnya ibuku meminjam uang kepada teman baiknya, sehingga hutang ayahku lunas. Ibuku tidak berpikir apa yang akan terjadi , apakah jalan yang ia ambil untuk membayar hutang adalah dengan berhutang pula itu benar atau justru mempersulit hidupnya, lebih tepatnya hidupku. Memang, awalnya kawan ibuku bilang, “ Tidah usah dipikirkan, jika ada uang kapan saja bisa kamu bayar, jika tidak ada aku ikhlaskan karena kamu kawan baikku, hiduplah tenang dengan anakmu. “. Awalnya kukira dia malaikat yang tiba-tiba dating menolong ibuku dan aku. Tapi, benarkah ia dengan rela uangnya yang banyak itu ia berikan ke orang lain?.
            Selang 2 tahun, ibuku akhirnya meninggal dunia karena kecelakaan. Apalagi ia tertabrak mobil karena ingin menyusulku di sekolah dengan membawa payung, karena disaat itu hujan benar-benar deras. Ibu takut aku akan hujan-hujanan.  Musim itulah yang terberat bagiku, kesedihanku begitu mendalam sampai berlarut-larut. Aku yang tidak punya siapa-siapa baik saudara mapun kakek nenek, aku tidak tau harus hidup bagaimana. Setelah itu, aku benci hujan, aku bahkan tidak berangkat sekoah dipagi harinya, walau hanya hujan gerimis. Semua tenteng hujan aku benar-benar membencinya.
            Akhirnya, selang beberapa bulan, aku mulai bangkit setelah mengingat nasihat ibuku ketika aku masuk sekolah menengah atas,” Nak, jalani hidupmu dengan baik, jangan kau pikirkan bagaimana ibu memberimu makan atau membelikanmu buku, ibu tidak akan mengambil jalan haram untuk anak kesayangan ibu, dan ingat,  bertemanlah, karena hidupmu tidak bisa kau habiskan bersama ibu selamanya”. Di saat itulah, aku tau pula bahwa ibuku telah menasuransikan pendidikan dan hidupku sampai aku lulus sarjana strata 1. Entah darimana ibuku mendapatkan uang sebanyak itu, yang kutau ibuku hanyalah seorang karyawan di dapur sebuah hotel.
            Setelah aku mulai merasa nyaman dan merelakan kepergian ibuku, tiba-tiba kawan baik ibuku datang berkunjung, kukira awalnya ia datang untuk menyampaikan rasa bela sungkawanya, karena ketika ibuku meninggal, ia tidak datang ke rumah maupun ke pemakaman. Kupersilahkan ia duduk, dan kujamu dengan seadanya yang terbaik di rumahku. Ia diam saja dan hanya mengangguk setiap kutanya yang berkaitan dengan kabarnya. Kemudian ia buka suara dengan suara yang tinggi,”Atika kamu ingat kan jika ibumu punya hutang denganku?”, aku mengangguk, “Kalau begitu, kamu sebagai ahli warisnya bertanggung jawab atas semua hutang ibumu, kalau begitu aku memberimu sedikit rasa belas kasihan untuk segera membayar hutang ibumu dalam tempo 3bulan kedepan, jika tidak kukira kecantikanmu bisa kumanfaatkan dalam bisnisku”. Deg… serasa darahku berdesir kencang, jantungku berdetak cepat. Setelah itu beliau pergi, bahkan tanpa sempat mendengar apa yang aku ingin katakan. Aku bingung setengah mati, apa yang harus kulakukan, aku hanya seorang anak sma kelas 2 yang bahkan belum pernah bekerja dan tidak punya uang saku yang banyak. Namun satu hal yang kutahu, ternyata kawan ibuku seorang penampung pekerja seks.
            Karena tidak ada pilihan lain akhirnya aku cari alamat kakekku, ayah dari ayahku. Aku pergi keluar kota berharap bertemu saudara ayahku itu, dan meninggalkan bangku sekolahku. Setelah berhari-hari aku mencari, akhirnya aku menemukan rumah kakekku, rumah mewah bak istana. Aku ragu untuk masuk, ayahku orang yang bekerja sebagai seorang sales dulunya, tapi ayahnya sepertinya orang yang amat kaya. Setelah aku tanya pada satpamnya ternyata benar ini alamat yang kutuju. Satpam itu pun bertanya,” Mbak cari siapa? Tuan atau Nyonya muda?”, “Lantas kujawab, “aku mencari kakekku”, kemudian satpam itu terkejut dan memintaku menunggu diluar, sementara ia masuk ke dalam. Tak lama kemudian, ia keluar bersama seorang pria lanjut usia yang bisa kutebak ia adalah kakekku. Aku pasrah jika ia tidak menganggapku cucunya. Ternyata ia begitu bahagia bahkan sempat memelukku, dan berkata, “Terima kasih Tuhan, setidaknya kau biarkan aku bertemu cucuku satu-satunya”. Ia sangat hangat, bahkan memintaku untuk tinggal dengannya. Sampai akhirnya ia menanyakan bagaimana kabar ayah dan ibu. Disaat itulah kuceritakan apa yang sudah terjadi dalam hidupku. Kakek tampak serius mendengarkan cerita, ia sempat terkejut saat mendengar ibuku meninggal, hingga di endingnya ia berkata, “Ayahmu orang yang baik, ia hanya terlalu takut menghadapi kesusahannya, sehingga ia memilih pergi, tak perlu kau khawatirkan, kau adalah cucuku, dan ayahmu adalah anakmu, dan kesalahanku adalah membiarkan kamu dan ibumu menderita, akan aku menanggung semua hutangnya. Aku merasa sangat lega. Kakek memintaku untuk tinggal bersamanya. Akupun mengiyakan. Setelah satu minggu aku disana, kakek benar-benar memenuhi semua kebutuhanku, ia bilang ia juga sudah mentransfer uang ke kawan ibuku. Lantas aku mulai berpikir siapa itu Nyonya muda, aku hanya tahu kakekku tinggal bersama para pembantu dan satpamnya, aku takut untuk bertanya pada kakekku. Aku pun bertanya pada salah seorang pembatu dirumah itu, “Emm… Siapa itu Nyonya Muda di rumah ini?, kenapa aku tidak pernah melihatnya? Apa hubungannya ia dengan kakek?”. Pembantu itu awalnya enggan menjawab, lalu akhirnya, ia pun berkata, “Beliau adalah istri Tuan, beliau sedang ke luar kota“. Istri? Masih muda?. Aku hanya diam dan kemudian pergi ke kamarku. Kakekku punya istri muda? Seperti apa ia? Benarkah istri kakekku itu orang yang memang menyayangi kakekku?. Akhirnya aku pun terlelap dengan pikiran itu.
            Esoknya, di pagi yang gerimis, aku mendengar para pembantu berbisik-bisik, istri dari kakekku baru pulang. Kemudian karena penasaran aku segera ke ruang tengah, dan kulihat ….. serasa pergelangan kakiku patah.. ternyata yang mereka maksud sebagai Nyonya Muda adalah kawan ibuku. Kakek memperkenalkan kami, kurasa ia juga kaget dengan apa yang ia lihat dan bahwa aku adalah cucu dari suaminya. Ia bermain sandiwara, dan seolah-olah ia senang dengan kehadiranku, “Tidak kusangka kita punya cucu yang sangat cantik”, ia pun tertawa kemudian memelukku di depan kakek. Setelah obrolan singkat, akupun ijin ke kamarku, karena aku benar-benar tidak nyaman dengan keadaan ini. Aku rebahkan tubuhku ke kasur. Aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Kemudian pintu kamrku di ketuk seseorang, ya ia nenek tiriku, meminta ijin untuk masuk. Ia pun masuk, dan ya ia mulai mengancamku, jika aku berani buka mulut, ia akan membunuhku kakekku, ternyata kakekku pun tak tau tentang bisnis prostitusinya. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan, jika aku mengatakan pada kakekku, aku takut penyakit jantungnya akan kambuh, aku bukan takut dengan ancaman si wanita sialan itu.
            Aku bungkam, diam saja, setiap hari adalah kesedihan bagiku, aku tinggal dengan orang yang ingin menjualku. Aku bahkan terus menjaga kakekku, sampai sekarang, tidak banyak waktu yang kuluangkan untuk bersama teman-temanku. Selesai kuliah, aku bergegas pulang, bahkan setiap jam kutelfon kakekku. Hanya sekedar ingin memastikan keadaannya. Dan aku sangat benci ketika hujan, karena menghambatku untuk cepat kembali ke rumah. Aku akan menjagamu kakek, tidak akan kubiarkan wanita iblis itu menyakitimu. Akan kupastikan ia pergi dari kehidupan kita kakek………
Tak kan kubiarkan hujan menghambatku untuk segera melindungimu……
Tak kan kubiarkan wanita itu terus berada disisimu, hanya untuk menyakitimu……
Aku tidak mengerti sekarang aku rela kehujanan bukan karena bahagia, tapi karena aku ingin bergegas pulang. Tidak seperti dulu, kehujanan adalah hal yang membahagiakan bagiku.

0 komentar:

Posting Komentar

 
bunga liar Blogger Template by Ipietoon Blogger Template