HUJAN YANG BERBEDA
Hujan
memberikan cerita berbeda seiring bertambahnya usia. Usiaku, bukan usianya.
Hujan juga memberikan kesan yang tak sama selama perjalanan hidupku. Hujan yang
turun di waktu yang berbeda, bukanlah hujan yang sama. Kau keliru jika kau
merasa bertemu hujan ketika ia turun setelah lama merindukannya. Karena hujan
yang kau rindukan dengan hujan yang datang kemudian adalah hujan yang berbeda.
Saat
dulu,hujan adalah keceriaanku dimana aku berlari-lari,bermain sepuasku..tak tau
sakit,tak kenal dingin.dan seteklah puas,akupun pulang..
Tok tok
tok..pintu rumah ku ketuk dengan keras “ibu,bukakan pintu!”kataku didepan pintu
dengan kedinginan ..dan terdengar dari dalam ibu menuju pintu “iya sayang,,dari
mana saja kamu hujan-hujan begini,ibu nyariin kamu dari tadi” kata ibu sambil
mengelus kepalaku yang basah kuyup. “atika habis maen bu,hehhe”..jawabku dengan
tertawa..”ya sudah nak,sekarang mandi dulu,ibu sudah menyiapkan air hangat
untukmu,trus makan”. “iya bu,mandiin ya bu”..jawabku manja..lalu ibupun
memnjawab dengan lembut “iya sayang”..Tak lama kemudian aku selesai mandi,baju
telah ku pakai ibupun datang padaku dengan membawa makan siang dan minuman
hangat untuk menghangatkan badanku dan tak lupa ibu menyuapiku..itulah suasana
hujan saat usiaku masih dalam hitungan jari.tak sedikitpun aku merasa
kekurangan kasih sayang..
Namun hujan
menjadi tangis bagiku saat aku tak pantas lagi dipanggil anak-anak..
Usiaku menginjak 20tahun kurang 2bulan lagi. Tapi hidupku
kulalui hanya dengan rasa takut dan penuh kesedihan. Tepatnya 5tahun yang lalu,
ayahku dengan tega meninggalkanku dan ibuku dengan hutang pada seorang rentenir
yang tak bisa ibuku bayar bahkan jika seluruh hartanya ia jual. Akhirnya ibuku
meminjam uang kepada teman baiknya, sehingga hutang ayahku lunas. Ibuku tidak
berpikir apa yang akan terjadi , apakah jalan yang ia ambil untuk membayar
hutang adalah dengan berhutang pula itu benar atau justru mempersulit hidupnya,
lebih tepatnya hidupku. Memang, awalnya kawan ibuku bilang, “ Tidah usah
dipikirkan, jika ada uang kapan saja bisa kamu bayar, jika tidak ada aku
ikhlaskan karena kamu kawan baikku, hiduplah tenang dengan anakmu. “. Awalnya kukira
dia malaikat yang tiba-tiba dating menolong ibuku dan aku. Tapi, benarkah ia
dengan rela uangnya yang banyak itu ia berikan ke orang lain?.
Selang 2 tahun, ibuku akhirnya
meninggal dunia karena kecelakaan. Apalagi ia tertabrak mobil karena ingin
menyusulku di sekolah dengan membawa payung, karena disaat itu hujan
benar-benar deras. Ibu takut aku akan hujan-hujanan. Musim itulah yang terberat bagiku, kesedihanku
begitu mendalam sampai berlarut-larut. Aku yang tidak punya siapa-siapa baik
saudara mapun kakek nenek, aku tidak tau harus hidup bagaimana. Setelah itu,
aku benci hujan, aku bahkan tidak berangkat sekoah dipagi harinya, walau hanya
hujan gerimis. Semua tenteng hujan aku benar-benar membencinya.
Akhirnya,
selang beberapa bulan, aku mulai bangkit setelah mengingat nasihat ibuku ketika
aku masuk sekolah menengah atas,” Nak, jalani hidupmu dengan baik, jangan kau
pikirkan bagaimana ibu memberimu makan atau membelikanmu buku, ibu tidak akan
mengambil jalan haram untuk anak kesayangan ibu, dan ingat, bertemanlah, karena hidupmu tidak bisa kau
habiskan bersama ibu selamanya”. Di saat itulah, aku tau pula bahwa ibuku telah
menasuransikan pendidikan dan hidupku sampai aku lulus sarjana strata 1. Entah darimana
ibuku mendapatkan uang sebanyak itu, yang kutau ibuku hanyalah seorang karyawan
di dapur sebuah hotel.
Setelah aku mulai merasa nyaman dan
merelakan kepergian ibuku, tiba-tiba kawan baik ibuku datang berkunjung, kukira
awalnya ia datang untuk menyampaikan rasa bela sungkawanya, karena ketika ibuku
meninggal, ia tidak datang ke rumah maupun ke pemakaman. Kupersilahkan ia
duduk, dan kujamu dengan seadanya yang terbaik di rumahku. Ia diam saja dan
hanya mengangguk setiap kutanya yang berkaitan dengan kabarnya. Kemudian ia
buka suara dengan suara yang tinggi,”Atika kamu ingat kan jika ibumu punya
hutang denganku?”, aku mengangguk, “Kalau begitu, kamu sebagai ahli warisnya
bertanggung jawab atas semua hutang ibumu, kalau begitu aku memberimu sedikit
rasa belas kasihan untuk segera membayar hutang ibumu dalam tempo 3bulan
kedepan, jika tidak kukira kecantikanmu bisa kumanfaatkan dalam bisnisku”. Deg…
serasa darahku berdesir kencang, jantungku berdetak cepat. Setelah itu beliau
pergi, bahkan tanpa sempat mendengar apa yang aku ingin katakan. Aku bingung
setengah mati, apa yang harus kulakukan, aku hanya seorang anak sma kelas 2
yang bahkan belum pernah bekerja dan tidak punya uang saku yang banyak. Namun satu
hal yang kutahu, ternyata kawan ibuku seorang penampung pekerja seks.
Karena tidak ada pilihan lain akhirnya
aku cari alamat kakekku, ayah dari ayahku. Aku pergi keluar kota berharap
bertemu saudara ayahku itu, dan meninggalkan bangku sekolahku. Setelah berhari-hari
aku mencari, akhirnya aku menemukan rumah kakekku, rumah mewah bak istana. Aku ragu
untuk masuk, ayahku orang yang bekerja sebagai seorang sales dulunya, tapi
ayahnya sepertinya orang yang amat kaya. Setelah aku tanya pada satpamnya
ternyata benar ini alamat yang kutuju. Satpam itu pun bertanya,” Mbak cari
siapa? Tuan atau Nyonya muda?”, “Lantas kujawab, “aku mencari kakekku”,
kemudian satpam itu terkejut dan memintaku menunggu diluar, sementara ia masuk
ke dalam. Tak lama kemudian, ia keluar bersama seorang pria lanjut usia yang
bisa kutebak ia adalah kakekku. Aku pasrah jika ia tidak menganggapku cucunya. Ternyata
ia begitu bahagia bahkan sempat memelukku, dan berkata, “Terima kasih Tuhan,
setidaknya kau biarkan aku bertemu cucuku satu-satunya”. Ia sangat hangat,
bahkan memintaku untuk tinggal dengannya. Sampai akhirnya ia menanyakan
bagaimana kabar ayah dan ibu. Disaat itulah kuceritakan apa yang sudah terjadi
dalam hidupku. Kakek tampak serius mendengarkan cerita, ia sempat terkejut saat
mendengar ibuku meninggal, hingga di endingnya ia berkata, “Ayahmu orang yang
baik, ia hanya terlalu takut menghadapi kesusahannya, sehingga ia memilih
pergi, tak perlu kau khawatirkan, kau adalah cucuku, dan ayahmu adalah anakmu, dan
kesalahanku adalah membiarkan kamu dan ibumu menderita, akan aku menanggung
semua hutangnya. Aku merasa sangat lega. Kakek memintaku untuk tinggal
bersamanya. Akupun mengiyakan. Setelah satu minggu aku disana, kakek
benar-benar memenuhi semua kebutuhanku, ia bilang ia juga sudah mentransfer
uang ke kawan ibuku. Lantas aku mulai berpikir siapa itu Nyonya muda, aku hanya
tahu kakekku tinggal bersama para pembantu dan satpamnya, aku takut untuk
bertanya pada kakekku. Aku pun bertanya pada salah seorang pembatu dirumah itu,
“Emm… Siapa itu Nyonya Muda di rumah ini?, kenapa aku tidak pernah melihatnya? Apa
hubungannya ia dengan kakek?”. Pembantu itu awalnya enggan menjawab, lalu
akhirnya, ia pun berkata, “Beliau adalah istri Tuan, beliau sedang ke luar kota“.
Istri? Masih muda?. Aku hanya diam dan kemudian pergi ke kamarku. Kakekku punya
istri muda? Seperti apa ia? Benarkah istri kakekku itu orang yang memang
menyayangi kakekku?. Akhirnya aku pun terlelap dengan pikiran itu.
Esoknya, di pagi yang gerimis, aku
mendengar para pembantu berbisik-bisik, istri dari kakekku baru pulang. Kemudian
karena penasaran aku segera ke ruang tengah, dan kulihat ….. serasa pergelangan
kakiku patah.. ternyata yang mereka maksud sebagai Nyonya Muda adalah kawan
ibuku. Kakek memperkenalkan kami, kurasa ia juga kaget dengan apa yang ia lihat
dan bahwa aku adalah cucu dari suaminya. Ia bermain sandiwara, dan seolah-olah
ia senang dengan kehadiranku, “Tidak kusangka kita punya cucu yang sangat
cantik”, ia pun tertawa kemudian memelukku di depan kakek. Setelah obrolan
singkat, akupun ijin ke kamarku, karena aku benar-benar tidak nyaman dengan
keadaan ini. Aku rebahkan tubuhku ke kasur. Aku masih tidak percaya dengan apa
yang terjadi. Kemudian pintu kamrku di ketuk seseorang, ya ia nenek tiriku,
meminta ijin untuk masuk. Ia pun masuk, dan ya ia mulai mengancamku, jika aku
berani buka mulut, ia akan membunuhku kakekku, ternyata kakekku pun tak tau
tentang bisnis prostitusinya. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan, jika aku
mengatakan pada kakekku, aku takut penyakit jantungnya akan kambuh, aku bukan
takut dengan ancaman si wanita sialan itu.
Aku bungkam, diam saja, setiap hari
adalah kesedihan bagiku, aku tinggal dengan orang yang ingin menjualku. Aku bahkan
terus menjaga kakekku, sampai sekarang, tidak banyak waktu yang kuluangkan
untuk bersama teman-temanku. Selesai kuliah, aku bergegas pulang, bahkan setiap
jam kutelfon kakekku. Hanya sekedar ingin memastikan keadaannya. Dan aku sangat
benci ketika hujan, karena menghambatku untuk cepat kembali ke rumah. Aku akan
menjagamu kakek, tidak akan kubiarkan wanita iblis itu menyakitimu. Akan kupastikan
ia pergi dari kehidupan kita kakek………
Tak kan
kubiarkan hujan menghambatku untuk segera melindungimu……
Tak kan
kubiarkan wanita itu terus berada disisimu, hanya untuk menyakitimu……
Aku tidak
mengerti sekarang aku rela kehujanan bukan karena bahagia, tapi karena aku
ingin bergegas pulang. Tidak seperti dulu, kehujanan adalah hal yang
membahagiakan bagiku.
0 komentar:
Posting Komentar